Selasa, 31 Mei 2016

BUKU FIKIH PEMBERDAYAAN


Pengkajian kata Tamkin dibandingkan kata Empowerment atau Pemberdayaan bukan tanpa alasan. Kajian konsep tentang Tamkin (pemberdayaan) di dalam buku ini berkesimpulan bahwa penggunaan kata Tamkin lebih tepat dan epistemik (what we know and how we know) dibandingkan kata Empowerment atau Pemberdayaan. 

Jika berhenti pada kerangka "what we know" (definisi), kata Tamkin, Pemberdayaan dan Empowerment mungkin masih bisa dikaitkan satu sama Iain. Namun jika ditingkatkan pada pertanyaan "how we know“ (apa dan bagaimana melakukan pemberdayaan) dalam kerangka epistemologis, maka dua kata yang disebut terakhir lemah dari sisi kerangka paradigmatiknya.

Sementara kata Tamkin memiliki akar kata yang kuat dalam AI-Quran dan secara praktis dicontohkan oleh Rasulullah sang pembawa risalah melalui fase Mekkah dan fase Madinah. Apa itu Tamkin dan bagaimana cara kerja Tamkin itu berproses serta relevansinya dengan konsep Modal Sosial (Social Capital) dan Khairu Ummah bisa "berguru" kepada AI-Quran maupun sunnah Rasulullah saw melalui buku ini yang dibahas dengan pendekatan akademis dan praktis. 

Rabu, 25 Mei 2016

MENCARI SOLUSI PENGEMBANGAN BAITUL MAAL WAT-TAMWIIL (BMT) DI INDONESIA


BMT merupakan lembaga keuangan yang berorientasi pada upaya peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Lahirnya BMT di Indonesia merupakan salah satu jawaban melihat perkembangan perbankan syariah yang masih terpusat kepada masyarakat menengah ke atas. Faktanya, BMT telah tumbuh menjadi alternatif pemulihan kondisi perekonomian di Indonesia, khususnya sebagai partner para pengusaha kecil dalam penyediaan modal. Walaupun tumbuh dengan pesat, namun lembaga Baitul Maal dan Tamwil masih mengalami banyak kendala dalam pengembangannya. Masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh BMT baik dari sisi internal maupun eksternal. Penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasi penyebab serta faktor-faktor yang dominan menjadi hambatan dalam pengembangan BMT di Indonesia, dengan pendekatan metode Analytic Network Process (ANP). 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan yang muncul dalam pengembangan BMT di Indonesia terdiri dari 4 aspek penting yaitu: SDM, teknikal, aspek legal/struktural, dan asapek pasar/komunal. Penguraian aspek masalah secara keseluruhan menghasilkan urutan prioritas: 1) Kurangnya dukungan hukum; 2) Pengawasan dan pembinaan yang lemah; 3) Tidak adanya lembaga penjamin simpanan (LPS); 4) Lemahnya pemahaman SDM dan 5) Persaingan. Adapun tingkat kesesuaian atau persetujuan antar responden berdasarkan Kendall’s coefficient menunjukkan nilai koefisien Kendall’s (W) yang relatif besar yakni antara 0,592-0,742. Hal ini menunjukkan bahwa antara praktisi dan pakar relatif sepaham dalam pendapatnya terkait mencari masalah dan solusi pengembangan BMT di Indonesia.

BMT (Baitul Maal Wat tamwil) is oriented to increase the welfare of members and society. The enactment of BMT in Indonesia is one of the best looking at the development of Islamic banking which are still centered over the middle to the society. In fact, BMT has grown into an alternative recovery condition of the economy in Indonesia, especially small entrepreneurs as a partner in the provision of capital. Though growing rapidly, BMT are still encounter many obstacles in its development. This study tries to identify the dominant factors become obstacles in the development of BMT in Indonesia using Analytic Network Process (ANP). The results show that main problem can divided into four aspects, namely Human Resource, Technical, Legally and Structural, and Market/Communal. The overall problem decomposition show priorities result, they are: 1) the lack of legal support; 2) the weak of supervision and coaching; 3) the absence of LPS; 4) Lack of Human Resource understanding; and 5) competition. The level of agreement based on Kendall’s coefficient indicates the value of Kendall’s (W) is between 0.592-0.742. It showed that between practitioners and experts relatively dissents in their opinion related to problems and solutions identifying of BMT development in Indonesia.

Keywords : BMT, Islamic Microfinance, ANP

Selasa, 17 Mei 2016

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN A LA GRAMEEN: PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM


Upaya pengentasan kemiskinan dapat dilakukan antara lain dengan memutus mata rantai kemiskinan itu sendiri, diantaranya adalah dengan pemberian akses yang luas terhadap sumber-sumber pembiayaan bagi Usaha Kecil dan Mikro (UKM) yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan bank maupun lembaga mikro. Lembaga keuangan mikro yang saat ini sedang fenomenal adalah Grameen Bank (GB) yang diprakarsa Muhammad Yunus di Bangladesh. Setelah Yunus mendapat Nobel Perdamaian dari PBB, Grameen kemudian mendunia.

Penelitian yang dilakukan SMART ini mencoba untuk menelisik lebih jauh tentang Model Pemberdayaan Masyarakat Grameen, dampak positif-negatif hingga pandangan Ekonomi Islam tentangnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa sisi positif GB nampak jelas terlihat, meski beberapa hal tidak sejalan dengan prinsip ekonomi Islam: bunga yang relatif tinggi dan womensentris.  

Setelah dicermati secara seksama, maka dari kajian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan pokok yang penting, yakni: Bahwa pemberdayaan adalah suatu hal utama yang pokok dan mesti dilakukan oleh siapapun, tak terkecuali. Pemberdayaan sangat lekat dengan ‘term’ kemiskinan dan oleh karenanya kita perlu berupaya memberdayakan masyarakat agar terjauh dari bala ‘miskin’.

Grameen yang fenomenal itu, sedikit-banyak pada beberapa hal memiliki kesesuaian dengan prinsip-prinsip yang Islam promosikan: kegigihan berusaha, kemandirian, kerja keras, kepedulian terhadap pendidikan, kesehatan, dan kebersihan lingkungan, dorongan untuk berbuat adil dan membantu sesama, disiplin, kegotongroyongan, dan dorongan wirausaha.

Meskipun demikian, ada beberapa hal yang Islam garis bawahi untuk dikritisi, seperti masalah bunga yang masih relatif tinggi, womensentris dan kekurangidealan bentuk kelembagaan. Sebagai saran untuk penelitian selanjutnya, nampaknya perlu dilakukan telaahan yang lebih mendalam terkait dampak riil institusi Grameen bukan hanya an sich ekonomi, namun juga sosial, ideologi hingga hankam.